Beriman - Berkarakter - Berilmu
Bangsa Sparta yang Kuat dan Ditakuti di Yunani Kuno
Bagaimanakah tradisi dan kebiasan mereka untuk membangun bangsa yang kuat?
Danu Yusuf, S.Pd
1/3/2024
Bangsa Sparta pada Zaman Yunani Kuno
Sparta, sebuah kota-kota di Yunani kuno yang dikenal sebagai salah satu bangsa yang paling kuat dan ditakuti yang ada sekitar tahun 900SM sampai 192SM. Kehidupan dan tradisi mereka yang unik telah menciptakan reputasi yang legendaris dalam sejarah. Mari kita jelajahi lebih dalam tentang kehidupan dan tradisi bangsa Sparta yang menarik ini.
Letak Geografis Bangsa Sparta
Bangsa Sparta berlokasi di kawasan Peloponessus bagian tenggara. Daerahnya disebut sebagai Lacedaemon dimana Sparta merupakan ibukota dari daerah tersebut. Daerah tersebut berbatasan dengan Messenia dan Arkadia.
Sifat Orang-Orang Sparta
Orang-orang Sparta merupakan ras yang suka menaklukan daerah lain. Daerah-daerah yang ditaklukan menjadikan para penduduk tersebut sebagai budak-budak yang disebut sebagai "helot". Satu-satunya urusan orang-orang Sparta adalah berperang. Mereka pun sudah memiliki pelatihan-pelatihan , mempersiapkan diri mereka sejak kecil untuk berperang. Selain helot, golongan lainnya disebut sebagai "spartiate" dan "perioeci" yang mana mereka adalah kaum militer dan kaum pedagang/tukang.
Hukum Bangsa Sparta
Orang-orang Sparta dilarang menggarap tanah, mengolah tanah atau menjadi seorang petani karena mereka menganggap pekerjaan tersebut sebagai nista. Oleh karena itu, para budak yang mengelola tanah mereka. Tanah dan budak tidak dapat diperjual-belikan. Para helot juga yang merupakan kaum Yunani memiliki dendam yang sangat besar kepada orang-orang Sparta. Para helot suka memberontak apabila ada kesempatan. Untuk mengantisipasinya, Bangsa Sparta memberikan suatu momen untuk memerangi para helot yang suka memberontak tanpa harus dihukum karena membunuh.
Ketika seorang bayi baru lahir, ayahnya akan membawa ia ke sesepuh keluarganya atau kepala suku untuk diperiksa. Mereka yang akan menentukan bayi-bayi tersebut apakah sehat atau kurang. Jika ditemukan bayi yang kurang sehat, maka akan dibunuh. Hanya bayi yang sehatlah yang boleh diasuh. Bayi-bayi yang dikembalikan kepada ayahnya adalah bayi yang sehat. Bayi tersebut boleh diasuh oleh orangtuanya hingga berusia tujuh tahun.
Pendidikan dan Pelatihan Militer
Salah satu aspek yang paling mencolok dari kehidupan Sparta adalah pendidikan dan pelatihan militer mereka. Sejak usia dini, anak-anak Sparta ditempa untuk menjadi prajurit yang kuat dan tak terkalahkan. Mereka tinggal di barak-barak militer dan diberikan pelatihan fisik yang ketat serta pendidikan moral yang ketat. Pelatihan ini meliputi berbagai macam kegiatan seperti seni bela diri, lari, dan berenang. Sampai anak berusia dua puluh tahun, mereka berada di sebuah sekolah militer besar yang akan mengubah mereka menjadi mesin perang yang tangguh, keras, disiplin dan mengabdi kepada negara.
Baik anak laki-laki maupun perempuan menjalankan latihan fisik yang sama. Anak-anak sudah wajib masuk pendidikan dan pelatihan militer mulai usia tujuh tahun dan mereka wajib tinggal di asrama sekolah dan barak-barak. Menginjak usia dua belas tahun, mereka tidak mengenakan baju. Mereka pun tidur dengan beralaskan jerami dan dedaunan bahkan di musim dingin. Selain dididik dengan pendidikan militer, mereka pun diajarkan mencuri. Apabila mereka tertangkap mereka akan dihukum. Mereka dihukum bukan karena mencurinya, tetapi karena mereka bodoh.
Kehidupan Dewasa Bangsa Sparta
Orang Sparta yang menginjak usia dua puluh sudah siap melakukan tugas militer yang sesungguhnya. Mereka pun boleh melakukan perkawinan setelah usianya melewati dua puluh. Namun mereka yang belum berumur tiga puluh tahun diwajibkan untuk tinggal di barak-barak atau wisma-wisma. Setelah ia menginjak usia tiga puluh, baru mereka dianggap sebagai seorang warga negara.
Setiap warga negara adalah anggota regu pasukannya. Mereka diharuskan untuk melakukan banyak aktifitas bersama dengan anggota regu lainnya seperti makan bersama. Tiap regu pasukan pun diminta untuk menyumbangkan hasil dari tanah yang mereka kelola. Dalam kehidupannya sebagai seorang Sparta, ia tidak boleh memiliki emas atau perak. Mereka menjadi orang yang sangat sederhana: tidak boleh kaya dan tidak boleh miskin. Karena emas dan perak dilarang, mereka bertransaksi dengan menggunakan uang dari besi yang negara buat.
Pemerintahan dan Sistem Hukum
Dalam pemerintahan bangsa Sparta, terdapat dua raja yang berasal dari dua keluarga yang berbeda yang digantikan secara turun menurun. Salah satu raja memimpin pasukan di masa perang, sementara di masa damai, kekuasaannya dibatasi. Selain itu, terdapat Dewan Sesepuh yang terdiri dari 28 orang yang usianya harus melebihi enam puluh tahun. Dewan Sesepuh bertugas untuk mengatasi dan mengadili perkara-perkara kriminal dan majelisnya terdiri dari seluruh warga Sparta. Majelis (seluruh warga Sparta) tidak boleh mengusulkan pendapat, tetapi hanya boleh memilih "ya" atau "tidak" terhadap usulan dari Dewan Sesepuh.
Selain, Dua Raja (Diarki), Dewan Sesepuh dan Majelis, salah satu ciri khas bangsa Sparta yaitu terdapat lembaga yang disebut sebagai "efor" atau "ephor". Efor terdiri dari lima anggota yang dimaksudkan untuk menyeimbangkan kekuasaan raja-raja tadi. Ke-lima efor tadi akan mengawasi tingkah laku para raja baik di masa perang maupun damai. Mereka bersumpah setia kepada para raja jika raja setia kepada ikrarnya.
Salah satu keburukan bangsa Sparta adalah mereka tidak bisa menolak sogokan atau suap. Karena nilai mata uang bangsa Sparta yang sangat kecil dan terbuat dari besi, untuk menyimpan uang setara dengan 10 minae (uang koin perak seberat 4.3 gram) memerlukan segudang penuh uang koin besi. Ditambah lagi, hal tersebut membuat para pendatang seperti pedagang, guru, para pandai besi dan penggrajin tidak ada yang ingin datang ke Sparta dengan alasan mereka tidak menyukai mata uang dari besi.
Penghargaan terhadap Wanita
Salah satu hal yang membedakan Sparta dari bangsa Yunani lainnya adalah penghargaan mereka terhadap wanita. Wanita Sparta diberikan pendidikan dan pelatihan fisik yang sama dengan pria. Kedudukan kaum wanita di Sparta adalah istimewa. Seperti anak laki-laki lainnya, anak-anak perempuan pun menjalankan aktifitas fisik seperti senam, gulat, memanah, lempar lembing dan olahraga lainnya. Hal ini dikarenakan, Bangsa Sparta menganggap, wanita-wanita yang kuat akan melahirkan bayi-bayi kuat dan tumbuh, berkembang dengan baik. Selain itu, wanita-wanita yang kuat akan terhindar dari rasa sakit saat melahirkan. Ini dikarenakan toleransi rasa sakit mereka akan meningkat.
Wanita Sparta dihormati karena mereka dianggap sebagai ibu dari prajurit Sparta yang kuat. Mereka diberikan status yang tinggi dalam masyarakat dan dianggap sebagai pilar utama dalam mempertahankan kekuatan bangsa Sparta. Walaupun demikian, para wanita bangsa Sparta dilarang untuk menunjukan emosi yang tidak berguna bagi negara. Mereka dilarang bersedih jika bayinya yang baru lahir dibunuh karena dianggap tidak sehat, atau anaknya terbunuh di medan perang.
Keberanian dan Ketahanan dalam Pertempuran
Sparta terkenal karena keberanian dan ketahanan mereka dalam pertempuran. Prajurit Sparta dilatih untuk tidak takut mati dan siap untuk menghadapi segala macam bahaya dalam pertempuran. Mereka dianggap sebagai prajurit terbaik di Yunani dan sering kali menjadi penentu dalam pertempuran.
Sparta juga terkenal dengan formasi tempur mereka yang disebut "falanks". Dalam formasi ini, prajurit Sparta membentuk barisan rapat dengan perisai mereka yang tumpang tindih, menciptakan dinding pertahanan yang hampir tak tergoyahkan. Formasi ini memungkinkan mereka untuk menghadapi serangan musuh dengan efektif dan mempertahankan posisi mereka dengan kuat.
Salah satu perang yang paling sengit adalah Perang Thermopylae (480SM) di mana bangsa Sparta bertahan pada celah sempit diantara gunung yang disebut sebaga Thermopylae melawan Bangsa Persia yang akan memasuki wilayah Yunani. Beberapa sumber mengatakan bahwa pasukan Sparta terdiri dari 7.000 orang melawan pasukan Persia yang terdiri dari 120.000 - 300.000 orang. Jumlah prajurit bangsa Sparta sendiri pun hanya sekitar 300 orang yang dibantu bangsa tetangga lainnya seperti Arkadia dan Phosia.
Walaupun awalnya pasukan Sparta dapat memukul mundur pasukan Persia, mereka akhirnya dapat dikalahkan karena pasukan Persia berhasil menemukan jalan melingkar yang membuat pasukan Sparta diserang dari depan dan belakang.
Warisan Sparta
Meskipun kejayaan Sparta telah berakhir pada tahun 371SM setelah kalah melawan bangsa Thebe, warisan mereka tetap hidup dalam sejarah dan budaya Yunani. Keberanian dan ketahanan mereka dalam pertempuran telah mengilhami banyak bangsa dan menjadi contoh yang diikuti oleh banyak prajurit di masa depan.
Keunikan kehidupan dan tradisi Sparta telah menciptakan reputasi yang abadi dalam sejarah. Bangsa Sparta yang kuat dan ditakuti ini akan selalu dikenang sebagai salah satu bangsa yang paling tangguh dan disiplin dalam sejarah manusia.
Referensi
Herodotus. The Histories Book 7: Polymna.
Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat: kaitannya dengan kondisi sosio-politik zaman kuno hingga sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019.
contact@smpexcellent1sch.id
Follow Us at Instagram
Subscribe agar terus update!
0813 8750 1070
0822 9876 5783
0823 1162 9579